Oleh: [Taufik Akbar Ketua Umum Senat Mahasiswa STAI SAR Provinsi Kepri ]
Di tengah kemajuan zaman dan gempita kampanye kesetaraan, perempuan masih hidup di persimpangan yang menyesakkan antara harapan akan rasa aman dan ketakutan yang terus menghantui, meski jarang diucapkan.
Dunia yang seharusnya memberi ruang bebas dan perlindungan, justru sering kali menghadirkan ancaman, baik yang nyata maupun samar, dalam setiap langkah mereka.
Rasa aman bagi perempuan bukanlah sesuatu yang bisa dianggap sepele. Di rumah, tempat kerja, ruang publik, hingga dunia maya, ancaman berupa pelecehan, kekerasan, dan intimidasi bisa datang kapan saja.
Pertanyaan seperti “Apakah ini aman?” atau “Apakah ini bisa membahayakan diriku?” menjadi pertimbangan yang tak henti menghantui dalam keseharian mereka.
Ketakutan ini bukan sekadar perasaan individual, melainkan refleksi dari sistem sosial yang abai terhadap keselamatan perempuan.
Budaya patriarki, lemahnya penegakan hukum terhadap pelaku kekerasan, serta minimnya ruang aman di berbagai sektor menjadi bukti nyata bahwa perempuan masih berada dalam posisi rentan.
Editor : Indrapriyadi
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya