HarianMemoKepri.com, Hukrim – Agaknya S (29), memang lelaki pecinta benda purbakala. Melihat nenek-nenek yang pantas jadi ibunya, masih nafsu juga. Maka sang ibu kos, Ny. J (56), digaulinya sebanyak 3 kali. Uniknya, katanya suka sama suka kok tahu-tahu si nenek lapor ke polisi.
“Saya tidak memperkosa, wong dia malah minta nambah.” Ujar S di depan petugas, Sabtu, (21/7).
Anak muda yang menggemari benda-benda purbakala, biasanya kuliah di Fakultas Ilmu Budaya pada sebuah perguruan tinggi. Dia mengambil jurusan sejarah atau kepurbakalaan.
Bila ketemu fosil (benda perbakala) dipelototi, direka-reka untuk mengungkap budaya masa lalu, khususnya di zaman benda itu berasal. Lihat tulang binatang, dianalisa apakah ini jenis erectus soloensis di Sangiran apa bukan. Padahal aslinya, itu hanya tulang sapi bekas hewan korban 5 tahun lalu!
S yang tinggal di Bone Sulawesi Selatan dan tak pernah kuliah di FIB Universitas Hasanudin, ternyata juga pemerhati benda-benar purbakala. Cuma bila fosil dan artefak itu lazimnya barang mati, obyek studi S justru masih punya nafas dengan tarikan rata-rata 15-20 kali dalam satu menit. Maklum, obyek yang disasar adalah Ny. J yang hidup di zaman pasca sejarah, dengan usia juga baru 29.433.600 jam.
Kalaupun S tertarik pada benda purbakala semacam itu, sebenarnya yang memancing-mancing justru si nenek sendiri. Mereka memang tinggal serumah.
Ny. J pemilik rumah kos, sedangkan S adalah anak kos di situ. Kebetulan pula kamar mereka berhadapan, dan kebetulan atau sengaja, kamar janda tua itu sering diablak, sehingga aktivitas manusia di dalamnya bisa terlihat dengan nyata.
Nah, beberapa kali S melihat tuan rumah tiduran dengan posisi seronok, yakni telentang dan rok tersingkap. Padahal meski pun sudah nenek-nenek, paha Ny. J masih mulus dan putih mirip punya Mulan Jamila. Maka sebagai lelaki normal, ‘antena’ S pun jadi kontak dibuatnya. Dan ternyata pemandangan spektakuler itu nyaris menjadi menu sehari-hari. Akhirnya, setan pun bilang “Sikat saja Bleh, telaten amat!”.
Awalnya S deg-degan, tapi ternyata si nenek malah mapan. Maka untuk kali pertama si anak kos itu menggarap si pemilik kos-kosan sambil ngos-ngosan. Anehnya, si nenek tak puas hanya satu ronde. Dia minta partai tambahan, sehingga setelah turun minum: theng……partai tambahan itu dimulai.
Gara-gara aksi mesum itu, bulan berikutnya ketika uang kos telat bayar malah dianggap lunas. S sebetulnya nggak enak, karena ini kan sama saja gratifikasi. Tapi karena dirinya memang bukan pejabat publik, dia tenang-tenang saja tanpa takut diawasi pihak KPK.
Makanya, lain hari dia ambil inisiatif lagi, kembali menggauli si nenek untuk gelombang kedua. Dan sejak itu S benar-benar jadi pencinta benda perbakala dalam arti sesungguhnya.
Selama beberapa bulan tinggal di rumah Ny. J Jalan Peristiwa Teneteriattang, Bone, paling sedikit S sudah tiga kali menggauli tuan rumah.
Aksi mesum ini hanya menjadi rahasia berdua, tanpa pihak tetangga menaruh curiga. Maklumlah, dalam kacamata umum dan normal, mana mau S berhubungan intim dengan nenek-nenek.
Tapi mendadak beberapa hari lalu heboh, karena Ny. J melaporkan S ke Polres Bone dengan tuduhan perkosaan. Katanya, sudah 3 kali dia diperkosa anak kosnya. Dua kali berhasil, ketiga kalinya gagal karena Ny.J tidak mood.
Gara-gara laporan ini, S ditangkap dan diperiksa. Namun dalam interogasi dia membantah segala keterangan si nenek. “Kalau saya perkosa, mana mungkin dia mancing-mancing dan malah minta nambah….?” ujar S lantang.
Ya elah tong, Nenek kan pelupa, dimaklumi saja ya. (Red/GunTS-PK)