HarianMemoKepri.com, Internasional – Juru bicara Pentagon, Eric Pahon, mengatakan militer Amerika Serikat tidak bertanggung jawab atas kepemilikan senjata MANPADS yang digunakan pemberontak Suriah untuk menembak jatuh pesawat tempur Sukhoi 25 Rusia. MANPADS merupakan singkatan dari Man-portable air-defense systems. Dilansir dari tempo.com, menurutnya AS tidak pernah menyuplai pasukan mitranya di Suriah dengan senjata rudal darat ke udara. “Bersama dengan, dan melalui mitra kami di Suriah, Amerika Serikat tetap fokus pada perang melawan ISIS. AS belum melengkapi kekuatan mitra di Suriah dengan senjata darat-udara (MANPADS) dan tidak memiliki niat untuk melakukannya di masa depan. Operasi kami secara geografis difokuskan pada operasi tempur yang sedang berlangsung melawan ISIS di Suriah timur. Kami akan menilai validitas klaim ini untuk memastikan keamanan mitra koalisi kami,”kata Pahon seperti dilansir media Sputnik, Ahad, 4 Februari 2018. Sementara itu, kelompok teroris Tahrir al-Sham merilis sebuah pos di media sosial yang mengutip seorang komandan, yang mengaku bertanggung jawab atas serangan udara itu. Komandan ini mengatakan salah satu gerilyawannya memukul Rusia SU-25 dalam sebuah “serangan udara” atas kota Saraqeb di yang terletak di barat laut dari Provinsi Idlib Sebelumnya pada hari itu, Kementerian Pertahanan Rusia mengungkapkan jet tempur Su-25 Rusia jatuh di provinsi Idlib di Suriah akibat serangan rudal menggunakan sistem pertahanan udara portabel (MANPADS). Menurut kementerian, pilot sempat selamat dari pesawat namun terbunuh dalam kontak senjata dengan milisi. MANPADS merupakan salah satu senjata canggih dan akurat yang dirancang AS. Senjata ini diduga telah disebarluaskan ke seluruh Suriah. Pada Januari, media Rusia melaporkan, dengan mengutip beberapa sumber internal, AS telah memberikan MANPADS kepada orang Kurdi bawah kesepakatan antara Washington dan YPG. Menurut outlet berita ini, MANPADS telah dikirim ke Kurdi di bagian barat laut Suriah dekat kota Afrin. Sementara itu, sebuah organisasi internasional yang memantau peredaran senjata, Riset Persenjataan Konflik, yang berbasis di Inggris (CAR), sebelumnya telah melaporkan senjata AS yang secara diam-diam diberikan kepada kelompok pemberontak Suriah diduga berada di tangan ISIS dalam waktu dua bulan setelah pengiriman mereka. CAR mempelajari lebih dari 40.000 senjata yang diambil dari ISIS di dan Irak sejak 2014 dan menemukan sebagian besar dari mereka adalah senjata AS yang diberikan atau dijual kepada kelompok pemberontak Suriah.(Red)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT