HarianMemoKepri.com, Tanjungpinang – Pemberian gelar kebangsawanan melayu oleh Lembaga Adat Melayu (LAM) Provinsi Kepri kepada Presiden RI, Ir. Joko Widodo (Jokowi) dinilai wajar-wajar saja. Namun, pemberian gelar tersebut haruslah atas dasar kontribusi individu yang akan diberikan gelar.
“Wajar-wajar saja, Pak Jokowi itu Presiden kita. Tapi kalau pemberian gelar kepada Presiden ada unsur kepentingan itu yang tidak boleh. Karena gelar kebangsawanan melayu itu bukan main-main, asal tidak ada udang dibalik batu,” ucap Ketua Lembaga Amanah Riau Hulu Kuala (Laruka) Tanjungpinang, Dg. Marzuki melalui Sekjend nya Syaiful Amri kepada HarianMemoKepri.com, Jumat, (14/2018).
Diketahui gelar yang akan diterima Jokowi adalah Sri Utama Mahkota Negara yang merupakan Gelar kebangsawanan tinggi bagi Masyarakat Melayu.
“Kami sudah berbincang-bincang dengan beberapa tokoh adat. Hal ini memang bisa diberikan kepada beliau (Jokowi-red), karena melihat posisi beliau saat ini sebagai Presiden,” katanya.
Laruka yang saat ini bisa dikatakan tempatnya para pemuda-pemuda pengkaji sejarah dan adat istiadat melayu menjelaskan bahwa penerima gelar tersebut kebanyakan dari kepala-kepala negara.
“Untuk gelar kebangsawanan melayu itu memang khusus bagi kepala negara, Gelar Sri Utama Mahkota Negara tidak hanya diberikan bagi Kepala Negara kita melainkan kepada kepala negara asing. Contohnya Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia ke 6, Michelle Bachelet Presiden Republik Chile, Hamad bin Khalifa Al Thani Emir Qatar, dan yang terakhir Raja Salman ibni Abdulaziz Al Saud Raja Saudi Arabia pada tahun 2017 silam telah menerima gelar tersebut dari Kerajaan Melayu Malaysia,” lanjutnya.
“Jadi tidak ada masalah untuk diberikan gelar ini kepada Jokowi. Tapi jangan sampai pemberian gelar ini dipolitisasi dikarenakan sedang dalam masa menjelang Pilpres,” tambahnya.
Lakura menjelaskan bahwa Gelar Sri Utama Mahkota Negara ini diberikan tanda simbol seperti memiliki Kalung Bintang, Selempang dan Lencana.
Kalung gelar mengandungi motif tengah yang berbentuk dua bilah keris bersarung yang bersilang serta menjulang. Bintang dan Bulan Sabit diperbuat dari bahan emas dan berbentuk bintang segi sembilan.
Sementara untuk Lencana gelar dibuat dengan lambang bintang pecah lima. Dan Selempangnya menggunakan kain sutera berwarna kuning dan di tengahnya terdapat jalur merah dengan ujungnya yang berikat pita. (Red)