Harian Memo Kepri | Batam – Pada tahun ini Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Batam kembali menggelar pengkaderan Banser (Diklatsar) yang ke 21 selama tiga hari di Batu Besar Nongsa, Senin (02/12).
Menurut Ketua PC Gp Anshor Kota Batam Masrury S.E Sy, kegiatan pengkaderan Banser disejalankan dengan Diklatama IPNU dan IPPNU yang bertujuan untuk pengenalan tentang NU, Aswaja, serta kebangsaan, terutama dalam menjaga keutuhan NKRI.
Untuk GP Anshor kata Masrury, khususnya di wilayah perbatasan telah mempertajam pengkaderan ke setiap lini masyarakat yang paling bawah. Seperti di tingkat RT, RW dan lingkungan guna menangkal faham-faham radikal sehingga keutuhan bangsa dan negara bisa terus terjaga.
“Alhamdulillah untuk saat ini ada dua pengkaderan, yang pertama Diklatsar Banser berjumlah 84 orang, termasuk lurah dan RW mengikuti pengkaderan ini, dan diikuti juga oleh adik kita dari IPNU dan IPPNU tingkat provinsi tahap awal berjumlah 30 orang,” jelasnya.
Lebih lanjut Masrury menjelaskan bahwa istimewanya Ansor dan Banser adalah organisasi kepemudaan dibawah naungan Nahdhatul Ulama. Dimana Nahdhatul Ulama merupakan organisasi yang berdiri sejak sebelum kemerdekaan dan memperjuangkan kemerdekaan. Ansor sendiri berdiri pada tahun 1934 dan ikut dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Sementara Ketua PW NU Kepri Nur Haryanto S. Pd dalam sambutan upacara pembaiatan kepada para peserta Diklatsar mengatakan bahwa pada kegiatan tersebut adalah sebuah titik awal perjalanan untuk peserta dalam mengemban amanat organisasi. Benar-benar harus menjaga para kyai dan ulama dan NKRI.
“Ilmu yang sudah didapatkan selama pengkaderan ini, kami berharap benar-benar di amalkan dan para sahabat semua harus takdzim dan hormat kepada para ulama yang berpedoman Ahlusunnah Wal Jamaah,” katanya.
“Kita melakukan kaderisasi ini untuk menjaga estafet keberlangsungan daripada negara ini dan keberlangsungan Nahdhatul Ulama pada umumnya, kita tidak ingin sebagai simbolik saja yang pada hari para sahabat di baiat, tapi harus benar-benar di aktualisasikan dalam kehidupan bergama, kehidupan bertetangga, kehidupan bermasyarakat, dan kehidupan bernegara, kita tidak boleh lagi mengatakan bangsa Indonesia ini tidak ada, karena Indonesia selalu tetap menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia di bawah UUD 1945 dan Pancasila itu sudah pasti dan wajib kita jaga bersama,” tutupnya.
Setelah upacara pembaiatan dilanjutkan dengan berbagai penampilan dari para peserta di antaranya atraksi yel-yel, pemecahan batu dan jalan di atas api.
Penulis | Indrapriyadi
Tinggalkan Balasan