Opini

“Kita Semua Bersaudara”, Budaya Melayu Adalah Payung Pemersatu Etnis dan Suku

28
×

“Kita Semua Bersaudara”, Budaya Melayu Adalah Payung Pemersatu Etnis dan Suku

Sebarkan artikel ini
Sekretaris Laruka Tanjungpinang

Sejak abad 15 sampai dengan abad 21, alam bumi melayu bersifat terbuka. Artinya tidak tabu terhadap masuknya suku-suku lain.

Namun yang harus dipelihara adalah kerukunan dengan tidak membangkitkan sentimen suku dan agama. Hal ini terbukti dengan kebebasan suku-suku lain melakukan tradisi sehari-hari.

Misalnya, orang Jawa boleh main ketoprak/wayang sampai pagi. Orang Batak tidak dilarang menari “Manotor”, Orang Minangkabau tidak mengalami hambatan dengan suguhan tari dan nyanyi.

Bahkan orang Banjar sekali-kali memainkan teater tradisional bernama “Mamanda”, yang penuh dengan kias dan lambang.

Kebesaran suku Melayu tidak lepas dari pengaruh masa lampau, Kesultanan Lingga, Siak dan Indragiri. Sebab wilayah kekuasaan para sultan yang pernah memerintah Kepulauan Riau meliputi pula Singapura dan Malaysia.

Keadaan ini menjadikan adanya hubungan timbal balik dengan kedua negeri jiran tersebut. Arus kebudayaan Melayu bersifat universal. Baik di lingkungan kesultanan yang ada di Riau maupun dengan Singapura dan Malaysia, yang berfungsi sebagai perekat persatuan.

Kedekatan hubungan sesama rumpun Melayu juga tertumpu, karena kesamaan tradisi dan kedekatan geografis. “Hal inilah yang membuat Riau dan Kepri benar-benar terbuka bagi siapa saja,” kata Tenas Effendy.

Bahkan jika dibuat garis lurus sepanjang pantai timur dan gugusan kepulauannya, terdapat 232 desa yang berhadapan langsung dengan negeri jiran tersebut. Yang tidak kalah pentingnya, bahasa Melayu merupakan “lingua franca”. Sehingga bukan saja komunitas dari Singapura dan Malaysia yang menggunakannya, tetapi juga suku-suku lain di Indonesia.

Di saat masing-masing daerah di Indonesia teguh mempertahankan bahasanya sendiri, ternyata bahasa Melayu bisa diterima sebagai instrument komunikasi. Sehingga para pedagang dari luar, dapat bergaul dan bertutur kata tanpa mengalami kesulitan dengan penduduk setempat.

Bahkan dalam penglihatan sejarah nasional, bahasa Melayu mampu mempersatukan berbagai suku di Indonesia. Ada kemudahan-kemudahan dalam bertutur kata dan kalimat,  Sehingga dalam berkomunikasi lebih lancar.

Bahkan akhirnya semua suku yang jumlahnya besar mengakui bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia. Sumbangan terbesar Riau dan Kepri bagi Indonesia tidak semata-mata karena sumber daya alamnya.

Tetapi ada fakta sejarah lahirnya bahasa Indonesia yang bermula dari Bumi Melayu. Sehingga mampu mempersatukan semua suku. Karena itu sangat amat disayangkan apabila karena suatu perselisihan terhadap dukung mendukung Paslon pada Pemilu ataupun Pilkada dapat merusak persatuan yang telah terpupuk puluhan bahkan ratusan tahun lalu di Bumi Melayu. Dan akhirnya terucap sebuah kalimat “Kita Semua Bersaudara”.

(Tulisan dikirim melalui email redaksi, Tanggal 06/2018)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *