Bukittinggi – Rumah tradisional yang ada Kota Bukittinggi yakni Rumah Gadang Nan Baanjuang yang berada di tengah Kebun Binatang Bukittinggi banyak di kunjungi para pengunjung, Minggu ( 10/07 ).
Diketahui Rumah Gadang ini merupakan museum umum yang didirikan oleh seorang berkebangsaan Belanda bernama Modelar Countrolleur pada tanggal 1 Juli 1935.
Bangunan Museum berbetuk rumah gadang dan di halamannya terdapat rangkiang, lumbung padi khas Minangkabau, sebagian besar bangunan masih terbuat bahan tradisional.
Petugas Rumah Gadang Nan Baanjuang Santy Edukator Museum menjelaskan rumah ini berisikan peninggalan etnografi budaya- budaya, manuskrip Al Qur’an lama tulisan tangan, kitab Nahwu Sharaf, perlengkapan rumah tangga, mata uang lama, alat penerangan serta baju adat istiadat khusus orang kurai.
“Kalau dikatakan ramai atau tidaknya pengunjung sudah pasti ramai apalagi jika hari libur. Paling tidak dalam satu hari sedikitnya 400 orang itu di hari sepi,” jelasnya.
Santy menambahkan, untuk perawatan ( konservasi ) ringan kalau ada peninggalan mengalami kuningan itu diberikan emas ( sapu ameh ) lagi. Untuk manuskrip dibersihkan secara helai per helai menggunakan kuas dan pengawetnya kapur Barus.
“Kalau untuk manuskrip bisa lebih satu bulan karena membersihkannya dari kertas per kertas karena ada Al Qur’an lama juga,” lanjutnya.
Ia berharap dengan pasca pandemic serta sudah dibuka pintu pariwisata khususnya di Bukittinggi bisa mengetahui adat istiadat yang ada di Minang.
“Harapan kedepannya bagi pengunjung yang saat ini banyak dari luar inginnya mereka dapat mengetahui adat istiadat yang ada di Minang apa saja perlengkapan yang digunakan oleh orang dahulu sehingga anak zaman sekarang bisa mengetahui,” tuturnya.









