Lingga — Musim kemarau selama kurang lebih satu bulan, Warga Dusun ll Senempek, Desa Limbung, Kecamatan Lingga Utara, Kabupaten Lingga, terpaksa harus menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan air bersih.

Pantauan awak media harianmemokepri.com. Minggu, (07/21), terlihat salah satu Ibu rumah tangga bersama suaminya sedang menampung air ke dalam drigen yang di angkut menggunakan gerobak kayu.

Sedangkan kedua anaknya pada waktu itu sedang mandi dengan cara bergiliran, di akibatkan air yang di tampung dalam potongan drigen melalui saluran pipa, terlihat hanya mengalir kecil.

Dikatakan Damawiyah (ibu rumah tangga), semenjak kemarau yang terjadi kurang labih dari satu bulan lalu, setiap hari dirinya bersama suami dan anak, harus menempuh perjalanan hampir satu kilo, untuk mandi dan mengambil air di lokasi tersebut.

“Sekali menampung air hanya bisa delapan drigen, karena perjalanan jauh jadi hanya mampu segitu,” ucap Damawiyah.

Damawiyah, warga Dusun ll Senempek, bersama kedua anaknya di lokasi penampungan air.

Sementara itu di lokasi yang berbeda, juga terlihat beberapa ibu rumah tangga lainnya sedang menunggu penuhnya air yang meraka tampung, untuk diisi kedalam drigen dan akan di bawa pulang.

Ibu rumah tangga di Dusun ll Senempek sedang mengantri untuk menampung air.

Kepala Desa Limbung, Andi Mulia saat dikonfirmasi awak media mengatakan, kemarau yang terjadi di Dusun ll Senempek sudah kurang lebih empat bulan, namun yang paling terparah, satu bulan belakangan ini.

“Dari Desember, Januari, Februari, dan sudah masuk Maret sekarang ini, karena memang air betul-betul gratis dari aliran atas sana debit air pun tak mencukupi, kalau kemarin masih bisa, Dam masih bisa tertampung, kalau satu bulan ini memang betul-betul parah ni,” ucap Andi.

Andi menduga, kecilnya aliran air ada sangkut pautnya dengan kebakaran yang sedang terjadi di lahan perbatasan antara Dusun l dan Dusun ll Desa Limbung, karena sebelumnya sempat mendapati ada pipa rusak karena terbakar.

“Kami aja kemaren mengganti hampir 50 batang pipa dengan pipa bantuan, dan Alhamdulillah sempat lancar tapi ini sekarang kebakaran lagi ni, saya rasa pasti pipanya kena,” lanjut Andi.

Andi juga menjelaskan, dari jam 10 malam sampai ke subuh, air tersebut baru bisa berjalan lancar, dan biasanya warga akan terlihat ramai pada jam segitu.

“Kalau untuk siang harinya warga ke bukit piatu arah sungai pinang tapi sistim beli, dengan dua ribu lima ratus per drigen, atau enam puluh ribu sampai tujuh puluh ribu rupiah per drum,” jelas Andi.