HARIANMEMOKEPRI.COM–Sindrom Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser (MRKH) merupakan kondisi langka yang memengaruhi sistem reproduksi wanita. Sindrom ini pertama kali digambarkan pada abad ke-20 dan ditandai dengan perkembangan yang tidak lengkap dari organ reproduksi wanita, khususnya rahim dan bagian atas vagina.

Mengutip Jurnal Kedokteran Syiah Kuala berjudul Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser Syndrome, gejala klinis pada sindrom MRKH biasanya ditandai dengan tidak menstruasi (amenore primer), gangguan hubungan seksual, dan infertilitas. Berikut penjelasan lebih lengkapnya:

1. Ketiadaan menstruasi : Wanita yang mengidap sindrom MRKH tidak menunjukkan tanda-tanda menstruasi ketika memasuki usia pubertas, dan kondisi ini berlanjut hingga dewasa.
2. Tidak memiliki rahim : Sindrom MRKH seringkali menjadi penyebab rahim tidak terbentuk dengan sempurna atau bahkan tidak ada sama sekali.
3. Vagina pendek atau tidak lengkap :  Vagina mungkin berkembang tidak sepenuhnya dan memiliki panjang yang lebih pendek dibandingkan ukuran normal.
4. Kesehatan umum baik : Meskipun demikian, pemilik sindrom MRKH umumnya memiliki kesehatan fisik yang baik dan tidak ada pengaruh pada organ lainnya dalam tubuh.

Karena tidak terlihat secara fisik oleh mata telanjang, kondisi ini memerlukan serangkaian pemeriksaan medis untuk mendiagnosisnya. Pemeriksaan fisik oleh dokter dilakukan dengan menanyakan riwayat medis untuk menilai gejala yang mungkin timbul. Selanjutnya, USG akan dilakukan untuk mengevaluasi keberadaan rahim dan organ reproduksi lainnya.

Jika diperlukan, tim medis dapat melakukan CT scan atau MRI untuk menilai struktur internal dan mengidentifikasi adanya kelainan struktural. Prosedur laparoskopi juga mungkin dilakukan pada beberapa kasus untuk melihat kondisi organ secara langsung.

Meskipun tidak dapat disembuhkan, perawatan yang tepat dapat membantu mengelola sindrom langka ini. Para pemilik sindrom ini dapat mendapatkan dukungan psikologis melalui konseling. Konseling atau terapi sangat bermanfaat untuk membantu wanita beradaptasi dengan kondisinya dan mengontrol emosi yang mungkin tidak stabil.

Pada wanita yang telah menikah, rekonstruksi vagina dapat dilakukan melalui prosedur bedah untuk membentuk vagina, sehingga aktivitas dan fungsi seksual tetap terjaga. Namun, prosedur ini harus berdasarkan rekomendasi dokter. Jika tidak berniat menjalani bedah, ada alat khusus yang dapat digunakan untuk memperluas dan memodifikasi ukuran vagina agar lebih nyaman, yang disebut Dilator Vagina.

Meskipun wanita dengan sindrom MRKH tidak dapat hamil secara alami, hal ini tidak mengurangi identitasnya sebagai perempuan. Ada banyak opsi yang dapat dipilih, seperti teknologi reproduksi berbantu, sewa rahim, atau donor sel telur.