Kesehatan

Satu Orang Tewas Akibat Penyakit ‘Amoeba Pemakan Otak’

19
×

Satu Orang Tewas Akibat Penyakit ‘Amoeba Pemakan Otak’

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi. Foto: ilustrasi/thinkstock/detikcom

HMK, KESEHATAN — Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) mengkonfirmasi pasien pertama infeksi amoeba Naegleria fowleri, atau yang biasa disebut ‘amoeba pemakan otak’ adalah pria warga Korea berusia 50 tahun dan telah meninggal dunia.

KDCA melaporkan, pasien tersebut sempat melakukan perjalanan ke Thailand.

Pasien kembali ke Korea pada 10 Desember 2022, setelah sempat empat bulan bertugas di Thailand.

Keesokan harinya, ia dirawat di rumah sakit dan meninggal pada Rabu pekan lalu.

Untuk memastikan penyebab kematian, KDCA menyebut, pihaknya telah melakukan tes genetik pada tiga jenis patogen penyebab Naegleria fowleri pada pasien tersebut.

Pengujian mengkonfirmasi gen dalam tubuh pria itu 99,6 persen mirip dengan gen yang ditemukan pada pasien meningitis yang dilaporkan di luar negeri.

Ini adalah kasus infeksi pertama yang ditemukan di Korea Selatan. Kasus pertama di dunia dilaporkan di Virginia pad 1937.

Sebanyak 381 kasus infeksi Naegleria fowleri telah dilaporkan di seluruh dunia pada 2018, termasuk di India, Thailand, Amerika Serikat, China, dan Jepang.

Apa Itu ‘Amoeba Pemakan Otak’?

Naegleria fowleri adalah amoeba atau organisme hidup bersel tunggal. Amoeba ini hidup di tanah dan air tawar hangat seperti mata air panas, danau, dan sungai di seluruh dunia.

Amoeba ini bisa masuk ke tubuh dengan cara terhirup melalui hidung dan merembet ke otak.

KDCA melaporkan, gejala awal awal paparan amoeba ini berupa sakit kepala, demam, mual atau muntah, dan dapat berkembang menjadi sakit kepala parah, demam, muntah, dan leher kaku.

Masa inkubasi Naegleria fowleri biasanya dari dua hingga tiga hari dan paling banyak hingga 15 hari.

“Untuk mencegah infeksi Naegleria fowleri, kami merekomendasikan untuk menghindari aktivitas berenang dan rekreasi, dan gunakan air bersih saat bepergian ke daerah yang melaporkan kasus infeksi,” kata Dr Jee Young-mee, yang mengepalai KDCA, dikutip dari The Straits Times, Selasa (27/2022).

Menurutnya, seseorang tidak dapat terinfeksi Naegleria fowleri dari air minum yang terkontaminasi.

Risiko penularan tertinggi adalah ketika suhu air naik selama musim panas. (detikcom)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *