Dengan berakhirnya perlombaan perahu naga ini, Gubernur Ansar berharap semangat kebersamaan dan cinta budaya akan terus tumbuh di masyarakat Kepulauan Riau.

“Mari kita jaga dan lestarikan tradisi ini untuk generasi yang akan datang,” tutupnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Fery Lee, dalam sambutannya menyampaikan bahwa lomba perahu naga dan sembahyang keselamatan ini merupakan tradisi, ritual, dan budaya yang telah dilaksanakan secara turun-temurun sejak tahun 1891.

“Pada saat itu, perlombaan perahu naga masih menggunakan perahu yang sangat sederhana. Namun dengan semangat dan cinta terhadap budaya ini, para panitia segera membangun pintu gerbang perahu naga yang permanen dan membuat perahu naga menggunakan fiberglass,” ujar Fery Lee.

Fery Lee juga menekankan kekompakan yang ditunjukkan dalam perlombaan ini tanpa membeda-bedakan suku, ras, dan agama.

“Perlombaan perahu naga ini tidak hanya diikuti oleh suku Tionghoa, tetapi juga suku Melayu, suku Jawa, dan suku Bugis. Untuk itu, perlombaan perahu naga ini harus kita pupuk dan kita lestarikan, untuk terus memupuk semangat kaum muda Kepri, khususnya Tanjungpinang,” tambahnya.