Tanjungpinang – Walikota Tanjungpinang Hj Rahma SIP membuka pelatihan kebersihan lingkungan,sanitasi dan pengolahan sampah bagi destinasi wisata di Hotel CK Tanjungpinang, Rabu ( 22/09 ).

Pelatihan yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang ini, akan berlangsung selama tiga hari, dan diikuti sebanyak 40 orang peserta. Pelatihan ini dilaksanakan guna mempersiapkan dibukanya kembali destinasi pariwisata di kota Tanjungpinang.

Saat ini wawasan tentang tentang kebersihan sangatlah penting, dimana tempat wisata selayaknya harus bersih sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung.

“Lebih baik lagi kalau ada sampah yang dapat di kelola dengan baik seperti sampah plastik yang bisa di buat untuk kerajinan tangan,” ungkap Rahma.

Rahma melanjutkan, dalam pengolahan sampah, ada tiga metode yakni 3-R (Reuse, reduce dan recycle). Reuse itu menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama maupun untuk fungsi yang lainnya.

Sedangkan Reduce mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah dan Recycle itu sendiri mengolah sampah menjadi suatu barang atau menjadi produk baru yang bermanfaat dan berkah.

“Pelatihan ini salah satu upaya pemerintah untuk mempersiapkan pelaku pariwisata agar setelah covid – 19 berakhir kita siap menerima kunjungan wisatawan kembali. Saya berharap, peserta pelatihan ini dapat menjadi teladan dan pelopor kepada masyarakat terhadap kebersihan lingkungan, sanitasi, dan pengelolaan sampah di lokasi destinasi wisata,” pungkas Rahma.

Sementara, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Meitya Yuliaty menyebut kementrian pariwisata telah mengeluarkan sertifikat CHSE (Cleanliness, Healt, Safety, Environment, Sustainability) yang dapat di jadikan sebagai pengakuan terhadap usaha yang telah memenuhi standar kesehatan, kebersihan, keselamatan dan kelestarian lingkungan.

Menurutnya, CHSE menjadi pedoman wisatawan untuk menentukan destinasi wisata yang akan ditujunya. Pandemic membuat orientasi wisatawan dalam melakukan perjalanan mengalami perubahan drastis. Tak hanya kebutuhan fasilitas pendukung saja, tetapi apakah destinasi wisata sudah berbasis CHSE menjadi pertimbangan penting dan utama.

“Dengan adanya sertifikat ini dapat membantu membangkitkan para pelaku usaha pariwisata ini kembali jaya dari sebelumnya sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dan pertumbuhan perekonomian Indonesia,” jelas Meitya.