HarianMemoKepri.com, Batam – Jika anda merupakan Warga Kepri, anda pasti mengenal nama Udin Pelor, Ya seorang Anak Melayu yang hingga saat ini menjaga dan mempertahankan adat istiadat serta marwahnya budaya melayu di Kepri di Kota Metropolitan ke dua terbesar di Indonesia, yakni Kota Batam. Arba Udin, nama asli Udin Pelor ini seorang yang tegas terhadap orang yang merndahkan martabat melayu namun lemah lembut tehadap sesama yang saling menghormati. Ada hal yang menarik dari sosok Udin Pelor, selain menjadi Panglima di Gagak Hitam, ia juga merupakan pemuda melayu yang saat ini gencar-gencarnya menyuarakan penggunaan tanjak (Ikat kepala orang melayu – red). Saat di wawancara salah satu Penulis Blogger Nasional, Udin Pelor menceritakan awal mula nama uniknya. “Saya masuk Batam tahun 1979. Kemudian bekerja sebagai Kepala Operasional Unit Armada Taksi Bima, Primkopad Kodim 0316 Batam tahu 2000-2012. Satu hari, sekitar tahun 2004, saya dipanggil Dandim 0316 Batam saat itu, Letkol Edy Rahmayadi. Beliau meminta saya membantu menguruskan surat menyurat mobil di Dinas Perhubungan (Dishub) Batam. Beliau bertanya bisa berapa hari? Saya  jawab tiga hari. Itu lebih cepat dari orang-orang yang pernah beliau minta tolong sebelumnya. Ternyata betul tiga hari selesai. Pak Edy senang dan melengkapi panggilan saja menjadi Udin Pelor. Katanya, cuma ada dua Udin Pelor di dunia ini, satu di Aceh, dan satu lagi di Batam. Akhirnya, nama Udin Pelor lah yang terkenal sampai sekarang,” Jelas Udin Pelor. Dia mengatakan, bahwa kedudukan Gagak Hitam di Kepri merupakan bentuk perjuangan untuk menyampaikan aspirasi masyarakat. “Anggota kita sekarang se Kepri sudah mencapai 15.000 orang. Diminta atau tidak diminta, banyak permintaan masyarakat yang kita sampaikan. Paling sering adalah harapan agar Pemko, Pemkab, dan Pemprov bisa memberikan porsi lebih kepada anak-anak Melayu dan putra-putri tempatan. Angkat adat Melayu, dan junjung tinggi marwah negeri dan anak negeri ini,” lanjutnya. Dia mengungkapkan, selain menyampaikan aspirasi masyarakat, dia bersama Pasukan Gagak Hitam juga menginginkan tidak adanya lagi prostitusi dilingkungan masyarakat. “Ya. Kami tidak ingin masalah prostitusi ini menggurita di Batam. Terlebih melihat pekerja seks komersial (PSK) itu berkeliaran di kawasan tersebut. Kehadiran mereka terlihat dan dilihat anak-anak, remaja di kawasan tersebut. Islam mencela dan melarang hal (prostitusi, red) tersebut,” tegasnya. Dia juga berharap kepada pembesar negeri, untuk selalu mendengarkan dan memperhatikan masyarakat kecil. “Sebagai cucu veteran, almarhum Djafar, saya minta kepada birokrat, politisi, DPRD, DPR tetap lah melihat ke bawah ke masyarakat. Lihat, dengar, dan carikan solusi masalah masyarakat. Jangan datang ketika kampanye saja. Janji saat kampanye, bukan hanya  janji kepada manusia, tapi juga kepada Allah,” tutupnya. (Red/SuprizalTanjung.wordpress.com)