Tanjungpinang – Tren pelaporan kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kota Tanjungpinang cenderung meningkat. Meski begitu, bukan berarti keadaan kekerasan di masyarakat meningkat, tetapi karena akses terhadap layanan pengaduan semakin baik, sehingga masyarakat kian memiliki keberanian untuk melaporkan tindak kekerasan yang dialami maupun yang terjadi di lingkungannya.

“Artinya, keberanian korban dan kesadaran masyarakat sudah ada sehingga laporan masuk semakin bertambah. Semakin insentif mengenalkan, maka makin banyak kasus-kasus yang bisa kita temukan dan ungkapkan,” ungkap Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pemberdayaan Masyarakat (DP3APM) Kota Tanjungpinang, Rustam, Jumat (26/11).

Rustam menyebut, dari data tercatat sampai November 2021, ada sebanyak 34 kejadian kasus kekerasan terhadap perempuan dan 66 kasus kekerasan terhadap anak.Yang menonjol itu, jenis kekerasan terhadap perempuan adalah fisik. Sedangkan, anak-anak itu seksual.

” Sementara, untuk angka laporan kasus kekerasan pada perempuan dan anak juga terjadi peningkatan. Pada 2020, laporan kejadian kekerasan perempuan dan anak di masyarakat mengalami peningkatan 10%. Sedangkan 2021, untuk kekerasan anak saja, ada peningkatan laporan yang masuk sekitar 10%,” tambah Rustam.

Menurutnya, angka tersebut hanyalah fenomena gunung es. Kasus di lapangan lebih banyak yang tidak terungkap karena korban memilih untuk diam. Sesungguhnya kekerasan terhadap perempuan dan anak ini, kasusnya di tengah masyarakat luar biasa banyak.

Untuk itu, Rustam mengimbau masyarakat untuk berani berbicara. Kalau ada yang melihat, mendengar, bahkan mengalaminya agar berani menyampaikan laporan sehingga kasus itu tidak terus berlanjut dari satu korban ke korban lainnya.

“Laporkan ke hotline UPTD PPA Kota Tanjungpinang di nomor 082286719448. Untuk permintaan edukasi bisa hubungi 081335726366, boleh per orang, kelompok, atau group. Kita akan turunkan petugasnya,” imbau Rustam.

Rustam juga meminta masyarakat untuk waspada. Paling tidak pada level keluarga bisa membangun komunikasi yang baik dan memberikan perhatian lebih besar pada anak-anak kita, sebab ancaman terhadap kekerasan ini masih selalu ada, termasuk di lingkungan keluarga, kerabat, tetangga, dan sebagainya.

“Bukan untuk paranoid, tapi perlu meningkatkan kewaspadaan,” pungkas Rustam.