Religi

Pesilat Kepri Peringati Isra Miraj, Upaya Melestarikan Budaya Melayu

57
×

Pesilat Kepri Peringati Isra Miraj, Upaya Melestarikan Budaya Melayu

Sebarkan artikel ini

HARIANMEMOKEPRI.COM — Lembaga Pelestari Adat Tradisi (Pesilat) Provinsi Kepri menggelar Isra Miraj Nabi Muhammad SAW 1445 H di gedung LAM Kepri, Kamis (8/2/2024).

Kegiatan diberi nama Tadarus Hikayat Nabi Miraj dengan tujuan agar bisa mengambil hikmah dari rangkaian peristiwa penting perjalanan panjang Nabi Muhammad SAW.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Perwakilan Lembaga Adat Melayu Kota, ibunda Datin’ Farida dalam sambutannya menyampaikan terimakasih kepada panitia yang telah mengelar kegiatan ini dalam upaya melestarikan Budaya Melayu.

BACA JUGA  Anak Kunci Mengenal Allah

“Bunda berharap akan menjadi Penerus Pelestari Budaya Melayu yang terkenal dengan kearifan budayanya,” jelas Farida.

Dato Rendra Setyadiharja, Perwakilan Lembaga Pelestari adat dan Tradisi berharap dapat mengambil hikmah dalam peristiwa Isra Miraj untuk meningkatkan keimanan kepada Allah SWT.

“Mudah-mudahan dengan kegiatan ini kita bisa mengambil pelajaran bagaimana dari prosesi Isra mi’raj itu kita diberi amanah besar untuk bertakwa dan beriman kepada Allah SWT lewat suatu ibadah yang di sebut Shalat,” ujarnya.

BACA JUGA  Berdakwah Se Indonesia Termasuk Kepri, Pemuda Ini Sampaikan Kondisi Palestina Saat Ini

Peringatan Isra Miraj dilanjutkan dengan Pembacaan Hikayat Nabi Miraj oleh Komunitas Kalamelayu dan Sabda Bunian

Sementara itu dalam ceramahnya, Ust Rizaldi Siregar menjelaskan inti dari Peristiwa Isra’ Miraj ialah sebagai momentum yang pas bagi umat muslim untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT.

Selain itu Prio Joko selaku Koordinator Kalamelayu menyampaikan Kalam Pengantar dengan Tajuk yang Retak tak nampak.

BACA JUGA  Safari Maghrib, Walikota Tanjungpinang Serta Jajaran Silaturahmi Bersama Masyarakat Sekitar

Lanjutnya, kemudian dengan adanya Kalamelayu pihaknya mencoba menyangga anggapan bahwa ternyata generasi muda tidak kehilangan minat baca terhadap manuskrip, buktinya terdapat 80 peserta yang tergabung didalam Grup WhatsApp Kalam Melayu.

“Manuskrip saat ini hanya tersimpan dibalik rak kaca yang dianggap hanya sebagai warisan nenek moyang itu yang ada dibenak kita” ucapnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *