Oleh: Lutfi Humaidi
Pemerintah telah membuat kebijakan untuk mengatasi pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19) dengan melakukan self-isolation, atau mengisolasi mandiri di rumah. Bekerja dari rumah, belajar dari rumah, hingga beribadah di rumah demi menghindari keramaian. Sosialiasi himbauan untuk di rumah saja, tidak perlu melakukan aktivitas di luar rumah atau mendatangi tempat-tempat keramaian ini gencar dilakukan sebagai salah satu upaya pemerintah menekan laju penularan virus Covid-19.
Selain bertujuan untuk menekan laju penularan Covid-19, menjaga yang sehat jangan sampai jatuh sakit, sehingga angka kasus pasien positif tidak semakin melonjak tajam dari hari ke hari.
Bicara siapa yang terkena dampak dari pandemi Covid-19? Pasti semua lapisan masyarakat terdampak, baik laki-laki, perempuan, tua, muda, anak-anak, bahkan ada juga dalam kandungan. Namun satu hal yang menjadi perhatian kita bersama sebagai orang tua, dampak pandemi Covid-19 dalam mengatur aktifitas buah cinta (anak).
Bagaimana dampak stay at home, work from home (WFH), dan distance learning, social dan physical distancing dan kebijakan lainnya terhadap orang tua dalam menata kembali kegiatan anak belajar, bermain, dan aktivitas lainnya, semuanya berpusat di rumah.
Sudah satu bulan lebih, bagaimana orang tua mengatur ulang aktifitas rumah tangganya dalam situasi yang berubah drastis. Situasi yang mungkin bagi sebagian besar keluarga sangat kaget dan menyulitkan.
Ketika anak selama 24 jam berkumpul di rumah dan harus menyelesaikan tugas sekolah yang biasanya dibawah bimbingan guru mereka, sekarang diambil alih oleh orang tua. Perubahan pola hidup seperti ini menjadi tantangan bagi orang tua, apalagi bagi orang tua di perkotaan yang selama ini peranannya lebih banyak diambil alih oleh asisten rumah tangga atau baby sitter.
Momentum kebersamaan anak dan orang tua di rumah akan sangat bermanfaat dan berharga jika orang tua dapat menjalani dengan sabar, kreatif, solutif, dan menyenangkan.
Bagi orang tua yang biasa bekerja di luar rumah atau kantor memang cukup berat menyesuaikannya, namun momentum untuk memberikan asistensi full pada anak ini sangat langkah dan berharga sekali.
Orang tua melakukan peranannya sebagai pekerja sekaligus menjadi orang tua. Orang tua mengkondisikan rumah menjadi pusat aktivitas belajar, bekerja, dan beribadah dan bermain bersama anak. selain itu, anak juga dapat terjamin logistic makanan yang sehat dan bergizi seimbang.
Menyeimbangkan urusan pekerjaan, pendampingan anak, mengatur kebutuhan di rumah, dan pemenuhan kebutuhan dasar anak lainnya memang menjadi kewajiban orang tua, namun sebelum adanya Covid-19 tidak pernah bisa terjadi.
Momentum kebersamaan ini sangat bermakna bagi orang tua sebagai wadah untuk menguatkan kembali komunikasi dengan anak secara terbuka. Orang tua dapat melatih dirinya untuk menjadi pendengar yang baik, menggali bakat anak, mengajari anak-anak untuk terampil mengurus diri, membantu aktivitas orang tua sesuai dengan kemapuan anak agar terlatih mandiri, dan selalu dapat mendampingi anak dalam menyelesaikan tugas dari gurunya.
Satu bulan lebih memang bukan waktu yang pendek bagi kita yang biasa melakukan aktivitas di luar rumah. Untuk itu, orang tua harus lebih sabar untuk mendampingi anak, mendengar apa yang diceritakan anak, merespon apa saja yang dirasakan anak, dan memberi masukkan dan permainan jika anak mengalami kebosanan dalam rumah.
Anak pasti menemukan kejenuhan karena tidak bertemu dengan teman sekolahnya, teman bermainnya baik di sekolah maupun di luar rumah. Orang tua dapat melakukan komunikasi yang baik, sehingga ada solusi bagi anak yang telah mengalami kebosanan, dan pada akhirnya anak bisa nyaman kembali berada di rumah.
Terkait pemanfaatan gadget/HP
Anak dapat diajarkan bagaimana penggunaan gadget secara baik dan benar. Memang sebelum sebagian orang tua ada yang tidak memberikan izin pada anaknya untuk menggunakan gadget, namun ada juga yang memberikan aturan penggunaan. Akan tetapi pada aktivitas distance learning (pembelajaran jarak jauh) fasilitas gadget harus menjadi syarat mutlak anak dapat mengetahui apa saja jadwal kegiatan atau tugas yang diberikan oleh gurunya.
Orang tua harus mampu mengarahkan anaknya membuat jadwal yang proporsional baik untuk pembelajaran jarak jauh, pemenuhan kebutuhan dasar, hingga bermain dan refresing. Apabila orang tua menemukan kesulitan dalam mendampingi anak dan tidak memahami tugas yang diberikan gurunya, maka orang tua dapat membantu segera berkomunikasi dengan gurunya sehingga ada solusi yang terbaik.
Orang tua juga perlu melibatkan anak dalam mengurus pekerjaan rumah, yang disesuaikan dengan usia anak, seperti dilatih merapikan tempat tidurnya, menyapu kamarnya, mencuci piringnya, merapikan bukunya, dan lainnya.
Orang tua dituntut kreatif dan solutif agar anak betah di rumah, sehingga semua aktivitas dapat dilakukan secara menyenangkan dan edukatif. Aktivitas yang menyenangkan misalnya menonton film, dan berolahraga, serta sesekali akan juga dapat diajak untuk bermain dipekarangan rumah untuk mendapatkan udara yang terbuka dan sinar matahari.
Kemudian terkait dengan Covid-19, anak dapat diberikan pemahaman tentang virus corona (Covid-19) dan kondisi yang saat ini dialami oleh warga dunia bukanlah untuk menakut-nakuti anak.
Melainkan membuat anak tetap terhubung dengan dunia sekitar sehingga ia bisa berkontribusi untuk dirinya maupun lingkungan sekitar. Untuk anak-anak usia lebih muda, yaitu jenjang PAUD hingga SD, memberikan edukasi yang tepat bagi anak akan membuat orangtua lebih mudah saat meminta anak melakukan langkah pencegahan. Misalnya, saat meminta anak untuk rutin mencuci tangan dengan sabun, menggunakan masker saat sakit, hingga anjuran social dan physical distancing.
Diharapkan, anjuran tersebut lebih mudah diikuti anak bila ia mengetahui manfaat dari kegiatan-kegiatan tersebut untuk dirinya. Dengan begitu, secara tak langsung orangtua sudah memberi bekal bagi anak untuk melindungi dirinya sendiri dari virus corona.
Untuk anak-anak yang lebih dewasa, memberikan edukasi yang tepat dapat membuatnya terhindar dari risiko kecemasan akan tertular. “Sangat penting untuk diingat bahwa anak-anak mencari bimbingan dari orang dewasa tentang bagaimana bereaksi terhadap peristiwa yang membuat stres. Jika orang tua tampak terlalu khawatir, kecemasan anak-anak dapat meningkat.
“Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat dan kesabaran adalah langkah awal kesembuhan.” (Ibnu Sina). Semoga Allah Swt selalu memberikan kesehatan dan melindungi kita semua dari virus Covid-19. Aamiin.
Penulis adalah seorang Doktor Ilmu Penyuluhan Pembangunan IPB, ASN Balitbang Kementerian Pertanian dan Asisten KPAI 2010-2017.
Tinggalkan Balasan