Harian Memo Kepri | Tanjungpinang — Berada ditengah nuansa wabah Covid-19 yang sedang melanda Indonesia tak terkecuali di Kabupaten Kepulauan Anambas Provinsi Kepulauan Riau tak putus asa dalam perjuangannya di bidang pertanian.

Bekerjasama dengan BPTP Kepulauan Riau, Pemerintah Kabupaten Kabupaten Anambas melakukan denfarm penerapan teknologi budidaya padi seluas 6,80 ha pada bulan Maret-April 2020, dan direncanakan penanaman lagi serentak seluas 97 ha pada bulan Juni 2020. Pada saat masih sibuk dengan wabah Covid-19.

Petani anambas telah mempersiapkan lahan sampai dengan tanam mulai Februari s.d Maret 2020. Dengan pendampingan oleh penyuluh di Anambas dan dikawal BPTP Kepri melalui komunikasi dengan Whatsapp, telepon dan Vidcom telah dilakukan penanaman padi dengan menerapkan teknologi Balitbangtan periode Maret dan April 2020.

Kepulauan Anambas merupakan salah satu Kabupaten di Kepulauan Riau yang konsisten menerapkan teknologi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui BPTP Kepri. Pendampingan teknologi oleh BPTP Kepri dari tahun ketahun berdampak terhadap peningkatan adopsi teknologi.



Meskipun letaknya terpisah jauh dari kabupaten lainnya serta terdapat keterbatasan transportasi, tak menghalangi upaya BPTP dalam mendampingi para petani di Desa Ulumaras daerah Kec Jemaja dan Kec. Jemaja Timur yang merupakan sentra pangan di Kabupaten Kepulauan Anambas.

Kepala BPTP Kepri, Dr. Sugeng Widodo, menyampaikan bahwa kegiatan lumbung pangan LPWP Kepri pada tahun anggaran 2020, dilakukan di sentra-sentra pangan wilayah perbatasan yang dekat dengan Singapore, Malaysia dan Thailand dengan menerapkan teknologi unggulan budidaya padi di Kepri melalui Kabapaten Kepulauan Anambas, Natuna, Lingga dan Bintan.

Penyuluh daerah Kepulauan Anambas Indra Dewi mendampingi proses pengolahan tanah, penyemaian hingga tanam. Apresiasi tinggi bagi penyuluh lapangan dan tentunya POKTAN serta petani lainnya yang terlibat penanaman padi yang tetap tekun dalam bimbingan BPTP Kepri untuk tetap di sawah.

Teknologi yang diterapkan mulai dari persemaian, tanam 2-3 bibit per lubang, dengan menggunakan sistem tanam Jajar Legowo 4:1 dan 6:1. Untuk pupuk dasar menggunakan pupuk kandang 2,0 ton/ha tidak dapat dilakukan karena terbatasnya ketersediaan pupuk kandang, maka hanya diberikan ¼ dosis (sesuai ketersediaan ditempat). Pemukukan kimia spesifik lokasi sesuai dengan hasil uji PUTS, dimana pH antara 4,90 – 5,5, maka diperlukan kapur dolomite dengan takaran 1,0-2,0 ton/ha.

Takaran pupuk rekomendasi Varietas Unggul Baru (VUB) yang digunakan antara lain Inpari 34, Inpara 6 dan Inpara 9 sesuai arahan dari Kepala BPTP Kepri dalam pendampingannya.

“Untuk Kepulauan Anambas tetap dikawal walau letak geografis cukup jauh, tetap di support VUB yang cocok dengan jenis tanah dan lingkungan di Anambas, agar produktivitasnya bisa ditingkatkan lagi,” jelas Sugeng beberapa saat sebelum mengirimkan logistik benih, pupuk dan obat-obatan ke Anambas beberapa waktu lalu.

“Terima kasih disampaikan kepada UPBS BPTP Balitbangtan Kalbar yang membantu dalam menyediakan benih unggul sehingga dapat dikembangkan di Kepulauan Riau. Varietas-varietas tersebut dipilih dan disesuaikan dengan jenis tanah dan lingkungan, preferensi petani di Jemaja Timur, Anambas,” dalam kata pungkasnya.

Sebagian varietas yang dikembangkan tahan terhadap hama wereng batang coklat, tahan penyakit hawar daun, blas serta toleran salin pada fase bibit dengan cek aman 12 d Sm-1 serta cocok ditanam di lahan sawah dataran rendah sampai sedang (0-500 mdpl).

Untuk Inpara 6, selain tahan terhadap hawar daun dan blas, salah satu keunggulan utamanya yaitu toleran terhadap keracunan Fe, yang mana kita ketahui bahwa di Kepulauan Anamabas khususnya Jemaja Timur memiliki cekaman Al Fe yang cukup tinggi. Sehingga Inpara 6 sangat cocok ditanam disana.

Tak jauh berbeda, Inpara 9 selain toleran terhadap cekaman Fe, jenis beras yang pera sangat diminati sebagian besar masyarakat Kepulauan Anambas.

Dalam situasi tanggap Covid-19 seperti ini pendampingan BPTP Kepri tidak dilakukan secara langsung tetapi mengoptimalkan penyuluh daerah, ketua POKTAN, dan komunikasi via telepon, whatsApp, dan video conference.

Selain itu dukungan berupa benih-benih unggul dan saprotan disampaikan melalui pengiriman menggunakan kapal. Hal tersebut mampu menjadi solusi kurangnya ketersediaan VUB dan sapotran di Kepulauan Anambas. Dengan demikian pertanaman padi hingga MT-2 pertengahan tahun nanti akan terjamin.

Sedangkan di lokasi yang berbeda, awal Maret 2020 petani di Kabupaten Kepulauan Anambas dengan semangat juga telah memanen padi pada lahan seluas 8,00 Ha di Desa Bukit Padi, Kecamatan Jemaja Timur. Varietas padi meliputi Ciherang, Inpara 6, Inpara 8, Inpara 9, Inpari 34 dengan produktivitas rata-rata masih rendah sekitar 2,50-3,95 ton/ha.

Hal ini disebabkan karena lahan sawah merupakan lahan bukaan sawah baru sehingga banyak kendala dari segi fisik, kimia dan biologi tanahnya. Hal tersebut dicirikan dengan tanah miskin hara, pH cenderung masam, dengan cekaman Al dan Fe yang relatif tinggi.

Kini tanaman padi tersebut sudah tumbuh dan siap mendukung ketersediaan dan kestabilan pangan hingga Juni 2020. Hal tersebut sangat sesuai dengan peran Kepulauan Anambas sebagai salah satu pendukung lumbung pangan wilayah perbatasan Provinsi Kepulauan Riau. (red)