HarianMemoKepri.com, Peristiwa – Bayi kembar siam anak pasangan Timuzin Novianto (43) dan Khoirul Bariyah (32), saat ini dalam kondisi penstabilan di RSUD Dr Soetomo, Kamis (12/2018). Kedua bayi lahir di Rumah Sakit Ibu dan Anak Fatimah Lamongan, Jumat (6/2018). Ketua Tim Pusat Penanganan Kembar Siam Terpadu RSUD Dr Soetomo, Dokter Agus Harianto SpA (K) mengungkapkan kedua bayi kembar yang dempet bagian dada dan perutnya didiagnosa memiliki jantung yang terpisah. Sayangnya kondisi jantung keduanya memiliki kelainan. “Setidaknya harus menunggu tiga bulan untuk operasi pemisahan,”ujarnya. Dikutup dari tribunnews, Ketua Tim Pusat Penanganan Kembar Siam Terpadu RSUD Dr Soetomo, Dokter Agus Harianto SpA (K) saat memantau kondisi bayi kembar siam Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo. Dokter spesialis anak ini mengungkapkan dalam bulan April 2018 ini telah lahir 4 bayi kembar siam di Indoneisa. Dan keempatnya berada di wilayah Indonesia timur. “Yang dirujuk ke RSUD Dr Soetomo cuma satu, lainnya dirawat di rumah sakit daerah masing-masing dan dibentuk tim kembar siam,” urainya. Diketahui Sepekan Kemudia bayi kembar siam anak pasangan Timuzin Novianto (43) dan Khoirul Bariyah (32), lahir di Rumah Sakit Ibu dan Anak Fatimah Lamongan, Jumat (6/2018). Bayi kembar yang dempet bagian dada dan perutnya saling menempel ini lahir melalui proses persalinan normal, meski saat itu yang keluar terlebih dahulu adalah bagian kakinya. Saat tiba di rumah sakit sudah pembukaan lengkap dan sang ibu siap melahirkan. “Tidak sampai tiga menit sudah lahir,” kata dr Riyanto, dokter kandungan yang menangani proses kelahiran bayi kembar tersebut. Bayi kembar siam yang memiliki berat 4,2 kilogram itu dipastikan memiliki jantung masing-masing. Namun, ia belum mengetahui organ lainnya apakah ada kelainan atau tidak. Riyanto menjelaskan, dempetnya itu tidak hanya pada bagian kulitnya. “Kalau secara umum bayinya sehat,” kata Riyanto. Riyanto menambahkan, kelainan atau gangguan itu muncul biasanya pada waktu usia kehamilannya 1 sampai 3 bulan. “Kembarnya ini ada faktor genetik. Karena ada keluarganya yang mempunyai anak kembar,” ungkap Riyanto. Khoirul Bariyah yang ditanganinya memang bukan pasien yang periksa ke RSIA Fatimah. Dan saat di USG sehari sebelum kelahiran tidak kelihatan kembar. Dan oleh orang tuanya, bayi berjenis kelamin perempuan itu diberi nama Anindita Aprilia Putri dan Anindia Aprilia Putri. Awalnya, orangtua Anindita dan Anindia enggan kabar kelahiran putrinya dipublikasikan. “Pertimbangan saya saat itu jangan sampai aktivitas rumah sakit terganggu,” kata Timuzin yang berasal dari keluarga tak mampu ini. Seminggu setelah melahirkan, Timuzin dan Khoirul pun memperbolehkan media untuk menulis kondisi anaknya. “Saya tidak malu. Saya tidak mampu membiayai opersinya,” aku Timuzin yang tak memiliki BPJS ini. Ibu bayi kembar siam ini hanya bekerja sebagai guru TK dengan gaji Rp 150 ribu perbulan. Sedangkan Timuzin bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan yang tak menentu. Akhirnya Bayi kembar siam ini pun dirujuk ke RSUD Dr Soetomo Surabaya. (Red)