Gejala epilepsi bervariasi tergantung pada jenis kejang dan individu yang terlibat. Gejala umum meliputi kehilangan kesadaran, gerakan tak terkendali seperti kejang tonik-klonik, dan sensasi aneh seperti perasaan dejavu atau halusinasi.

Setiap individu mungkin mengalami gejala yang berbeda. Sementara beberapa pasien mungkin hanya mengalami kejang ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari, yang lainnya dapat mengalami kejang yang lebih kompleks dan mengganggu.

Diagnosis epilepsi dilakukan melalui serangkaian langkah yang mencakup pengumpulan riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Riwayat medis meliputi pertanyaan tentang frekuensi, durasi, dan karakteristik kejang, sementara pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengevaluasi kesehatan secara keseluruhan.

Pemeriksaan penunjang seperti EEG (electroencephalogram) dan MRI membantu mengidentifikasi aktivitas listrik abnormal di otak dan mendeteksi kemungkinan lesi atau kelainan struktural.

Salah satu inovasi dalam tatalaksana epilepsi adalah Vagus Nerve Stimulation (VNS). Menurut dr. Made Agus Mahendra Inggas, Sp.BS, FINPS, prosedur ini melibatkan pemasangan perangkat yang merangsang saraf vagus untuk mengurangi frekuensi kejang.