HARIANMEMOKEPRI.COM — Pulau Penyengat merupakan sebuah Pulau kecil di Tanjungpinang dan menjadi wisata religi yang ramai dikunjungi wisatawan hingga kini.
Pulau Penyengat tersebut memiliki peninggalan sejarah lahirnya Bahasa Indonesia yang dicetus Raja Haji Fisabilillah melalui karangan gurindam 12.
Kini wajah Pulau Penyengat sudah sangat cantik setelah dilakukan revitalisasi dengan menghabiskan anggaran Rp50 miliar.
Bahkan moda transportasi di Pulau Penyengat saat ini telah menggunakan daya listrik yang sebelumnya Bentor (Becak Motor) memakai bensin.
Cerita Tentang Pulau Penyengat
Pulau Penyengat, dengan julukan Pulau Mas Kawin. Disebut Pulau Mas Kawin, karena Pulau Penyengat merupakan hadiah perkawinan dari Sultan Mahmud Syah kepada istrinya Engku Putri Raja Hamidah pada tahun 1805.
Pulau ini tidak hanya menawarkan pesona alamnya yang memesona, tetapi juga merangkum keindahan alam dan kaya akan warisan sejarah Melayu di Provinsi Kepulauan Riau.
Terletak hanya 1,8 km dari Kota Tanjungpinang, pulau ini menjadi tempat kelahiran Bahasa Indonesia, yang berasal dari bahasa Melayu yang digunakan oleh para ulama dan sastrawan di Pulau Penyengat.
Dengan 46 situs cagar budaya, Pulau Penyengat telah ditetapkan sebagai destinasi daya tarik pariwisata, oleh Gubernur Kepri, Ansar Ahmad.
Situs-situs seperti Masjid Raya Sultan Riau, Istana Engku Bilik, dan Benteng Bukit Kursi menjadi saksi bisu masa keemasan Kerajaan Melayu Riau-Lingga.
Gubernur Ansar Ahmad menegaskan pentingnya Pulau Penyengat sebagai pewaris budaya Melayu dan tempat lahirnya Bahasa Indonesia. Dengan harapan agar pulau ini diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO,
Pemerintah Provinsi Kepri terus melakukan revitalisasi, mencakup pembangunan fisik dan pelestarian nilai-nilai budaya serta sejarah Melayu.