HarianMemoKepri.com, Hukrim – Ini kisah sepele, tapi bisa dipahami. Ny. L (30), memilih bercerai dari suaminya, karena S (35), ternyata pengidap BB (Bau Badan) yang fatal. Disuruh rajin mandi, ternyata malas. Paling tersiksa saat hubungan intim, Lasmijah harus tahan napas. Ketimbang tersiksa, dia memilih menjadi janda di usia begitu muda.

Pernah ada iklan pengusir bau badan yang disertai gambar Prabu Dasamuka – Dewi Sinta duduk berdua secara mesra. Di situ ditambahkan tulisan: Dewi Sinta kini jatuh cinta pada Dasamuka, karena pakai Odorono. Itu artinya, cinta pun bisa membara karena bau badan yang wangi. Sebab bau wangi memang bisa menambah gairah. Bandingkan jika sicowok bau balsem, cinta si gadis pun akan ngedrop seketika.

S warga Surabaya, selama ini bau badannya normal-normal saja. Tapi sejak kerja sampai malam dan pulang telat, tiba-tiba bau badannya menjadi apek bin penguk, bikin hidung cungari-cungir kayak babi. Sang istri, Ny. L, berulangkali menyarankan, agar mandi dulu setibanya di rumah. Tapi S menolak dengan alasan, takut terkena raumatik.

Gara-gara bau badan suami, Ny.L tak mau tidur seranjang dengan suami. Jika suami butuh nafkah batin darinya, barulah dia mendekat. Itupun dia melayani sambil tutup kapas. Jika suaminya tersinggung, gantian menahan napas. Tapi sampai seberapa lama bisa bertahan dengan cara demikian. Apa mungkin sediakan tabung oksigen setiap suami minta pelayanan purna ranjang?

Tetangga menduga, S menderita suatu penyakit. Bukan penyakit kulit, tapi penyakit dalam. Perlu pemeriksaan internist, ahli penyakit dalam. Tapi S tidak mau. Di samping takut ketahuan berpenyakit berat, juga takut ongkosnya. Maklum, dia belum jadi anggota BPJS Kesehatan.

Pernah juga ada yang menyarankan, S supaya makan atau lalap daun bluntas. Itu juga efektif menghilangkan BB. Tapi lagi-lagi tidak manjur, akhirnya suami Ny. L ini tak mau makan berlalap daun bluntas. Kalau lalap petai atau jengkol, jika ada tak pernah nolak dia.

Gara-gara itulah rumahtangga S – Ny.L belakangan jadi memanas. Masalahnya juga urusan peranjangan. Suami minta, Ny. L menolak. Sedangkan dilayani tapi pakai masker, S juga tersinggung. “Kayak mau naik bis saja, pakai masker segala.” Begitu omel S.

Saking seringnya ditolak istri, S sering main kasar. Main tempeleng jadi sebuah rutinitas. Lama-lama Ny. L tak mau tinggal di rumah, memilih pulang ke rumah orangtua. Sampai dua bulan tak pernah disusul suami, ya sudah lebih baik bercerai saja. Karenanya Ny. L kini mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama.

Suruh suami mandi minyak wangi satu galon, Mbak. (Red/GunarsoTS)