Potensi Sagu Sebagai Pangan Alternatif Kabupaten Lingga Provinsi Kepri

Avatar of Redaksi

- Redaktur

Selasa, 9 Juni 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Harian Memo Kepri | Pertanian — Terobosan Kementan kembangkan pangan lokal menjadi strategi jitu dalam memenuhi kebutuhan pangan di tengah Pandemi Covid-19.

Dalam setiap kesempatan Mentan Dr. Syahrul Yasin Limpo, SH., MH., menyampaikan penguatan cadangan pangan terus disosialisasikan secara luas agar kepala daerah pengembangan pangan lokal untuk diversifikasi pangan. Dengan demikian tidak bertumpu pada beras, tapi juga pangan lokal lainnya.

“Saya menghimbau para kepala daerah agar fokus mengembangkan pangan pokok dan lokal sesuai dengan keunggulan komparatif wilayah,” kata Mentan SYL.

Sementara itu, Kepala BPTP Kepulauan Riau, Dr. Ir. Sugeng Widodo, MP., menjelaskan pengembangan pangan lokal seperti sagu yang ada di Kabupaten Lingga sebagai pangan alternatif merupakan bentuk dukungan Pemda Kepri atas semangat Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo yang disetiap kesempatan telah menyampaikan bahwa penyediaan pangan harga mati harus tersedia untuk rakyat dan petani harus eksis di tengah goncangan ekonomi dan khususnya pandemi corona.

“Pemda Provinsi Kepri melalui Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Kesehatan Hewan sejak tahun 2014 menggalakkan kemandirian pangan, salah satunya adalah pemanfaatan sagu untuk pangan alternatif.Hal ini sejalan dengan program Kementan dalam mengantisipasi krisis pangan karena pandemi COVID-19 dengan mengoptimalkan sumberdaya lokal salah satunya yang sangat berpeluang adalah pemanfaatan sagu,” ungkap Sugeng.

Sagu (Metroxylon sp) adalah salah satu komoditas tanaman pangan yang dapat digunakan  sebagai sumber karbohidrat yang cukup potensial di masa depan. Sagu adalah tumbuhan  asli yang ada di Asia Tenggara dengan penyebarannya meliputi Melanesia Barat ke India Timur, dan Indonesia.

Tanaman sagu tumbuh secara alami, terutama di dataran atau rawa dengan sumber air yang melimpah. Tanaman sagu memiliki kemampuan untuk tumbuh di lahan marjinal, sehingga tanaman sagu menjadi salah satu sumber pati andalan di masa depan.

Potensi tanaman sagu di Indonesia cukup besar, diperkirakan terdapat sekitar 1.128 juta ha atau 51.3% dari luas areal sagu dunia, dengan daerah penyebaran utama adalah Maluku, Papua dan beberapa daerah lain seperti di Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera, dimana salah satunya adalah di Provinsi Kepulauan Riau.

Sebagian besar tanaman sagu dalam bentuk hutan sagu, yaitu sekitar 1.067.590 ha atau 90,3% dan tanaman sagu yang dibudidayakan secara tradisional sekitar 114.000 ha atau 9,7% (Budianto, 2003). Menurut Flach (1997) Potensi produksi sagu di Indonesia diperkirakan mencapai 2.000.000 ton per tahun terdiri dari 1.250.000 hektar hutan dan 148.000 hektar areal perkebunan.



Sagu (Metroxylon sp) adalah salah satu komoditas dengan kandungan karbohidrat tinggi sehingga dapat digunakan sebagai sumber pangan selain padi, jagung, atau ubi kayu. Sagu juga digunakan sebagai bahan baku makanan dan industri.

Pengolahan produk pati sagu diperoleh dari ekstraksi batang sagu berusia  5-8  tahun. Batang sagu mengandung Pati 18,8% hingga 38,8% (berat basah ), sedangkan dalam    berat kering per tanaman dapat mencapai 250 kg. Proses ekstraksi menghasilkan air yang terbuang yang mengandung  Pati.

Industri sagu umumnya melakukan proses pengolahan di daerah dekat sumber air seperti di tepi sungai atau pohon palem, karena sagu yang berasal dari perkebunan atau hutan dibawa ke tempat produksi menggunakan transportasi air.

Industri pengolahan sagu  dengan kapasitas besar dapat menyebabkan akumulasi sisa tepung sagu yang dihasilkan  oleh pengolahan sagu.

Menurut bujang dan  Ahmad  (2000),  untuk menghasilkan 1 kg tepung sagu, sekitar 20 liter air limbah akan diproduksi. Jika hal ini terjadi secara terus menerus, akan ada akumulasi limbah sagu yang akan menyebabkan pencemaran air sungai (Amos,2010).

Berdasarkan hasil studi dan analisis data parsial dari BPS 2017 selama 2 (dua) tahun 2016-2017 menunjukkan bahwa distribusi tanaman sagu ada di 3 (tiga) kabupaten yaitu Lingga, Karimun, dan Natuna, dimana luasan eksisting 5.841 ha dengan produksi 3.324 ton.

Dari ketiga kabupaten tersebut tertinggi ada di Kab Lingga dengan luas 3.349 produksi 2.610 ton, kemudian Karimun 2.075 ha produksi 692 ton, sedangkan Natuna dengan luas 252 ha namun produksi hanya 10 ton. Produksi ini masih tergolong rendah, namun bilamana tanaman dikelola dengan baik, minimal dilakukan pembersihan gulma, pemangkasan cabang tidak produktif maka produktivitas meningkat. Hal ini disebabkan tanaman sagu yang ada di Kepri belum dilakukan budidaya yang baik.

Hasil analisis sentra sagu di Kabupaten Lingga, menunjukkan bahwa lokasi pertanaman dominan di 3 (tiga) kecamatan yaitu Lingga Timur, Lingga Utara dan Lingga dengan melibatkan petani 1.126 KK, luasan 3.321 ha dan produksi 1.594 ton per tahun (diolah dari data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Lingga, 2019). Permasalahan tanaman sagu adalah produktivitas masih rendah, karena tanaman kebanyakan sudah tua dan merupakan peninggalan nenek moyangnya.



Meskipun sangat potensial untuk pengembangan tanaman sagu, namun upaya peningkatan produksi sagu sering dihadapi dengan berbagai kendala seperti ketersediaan bibit unggul, Teknologi Budidaya (pemupukan, penyiangan, pemangkasan dan manajemen hama), pengolahan terpadu karena masyarakat menganggap bahwa tanaman sagu merupakan sampingan tanaman untuk tanah yang dianggap kurang produktif dan tanpa pengobatan, hasilnya masih bisa diambil.

Rerata, petani menanam sagu dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan dan konsumsi, karena seluruh bagian pohon sagu seperti daun dan kulit kayu dari daun pelepah dan kulit kayu dapat digunakan. Daun sagu dapat dibuat dari atap, keranjang, tikar atau dinding rumah, dapat dibuat sapu. Kulit sagu biasanya digunakan sebagai bahan bakar. Tidak hanya itu, tepung sagu adalah target akhir dari budidaya sagu.

Ekstraksi tepung sagu yang terkandung dalam empur dilakukan dengan cara memotong batang sagu. Selain digunakan sebagai tepung sagu, juga digunakan sebagai bahan pakan.

Panen dilakukan oleh petani dengan cara menebang pohon sagu, waktu untuk menentukan panen untuk petani tidak ada waktu yang pasti, petani hanya melihat ukuran batang jika tanaman besar maka akan dipanen. Jenis sagu di Kabupaten Lingga, yaitu Tuni/Runggamanu (Metroxylon rumphii Martius) dan  Molat/Roe  (Metroxylon Sagus  rottbol).

Secara umum, jenis sagu yang berpotensi untuk dikembangkan adalah tipe sagu Tuni dan jenis sagu Molat karena kedua jenis ini memiliki kandungan pati yang tinggi.

Industri pengolahan/pasca panen sagu ada 244 unit dengan investasi Rp 2.933.012.000,- dengan nilai produksi Rp 3.380.000.000,- pertahun dengan tingkat keuntungan Rp 446.988.000,- per tahun.

Walaupun relatih masih rendah namun dilihat dari sisi pemberdayaan petani cukup baik mampu mencukupi kebutuhan masyarakat petani dan lainnya dalam skala cukup banyak. Bilamana ditangani dengan baik maka industri sagu menjadi emas untuk menopang kebutuhan pangan alternatif di Kepri.

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lingga bahwa lahan yang dapat digunakan sebagai areal pertanian, perkebunan dan Perhutanan ternak dan Kehutanan tidak kurang dari 80.000-190.097 ha, sedangkan yang telah digunakan (secara tradisional) kurang dari 25% (21.610 ha). Areal perkebunan yang telah dikelola adalah 15.477 ha sedangkan potensi lahan perkebunan di Kabupaten Lingga adalah 46.112 ha, sehingga potensi pengembangan sagu masih terbuka lebar.


Untuk melindungi genetik tanaman lokal sagu di Kabupaten Lingga dan secara umum di Provinsi Kepri maka perlunya Pemda yang didukung oleh Pusat (Dirjenbun) dan Balitbangtan untuk melakukan pembinaan dan regulasi pemanfaatan tanaman sagu ini. Teknologi budidaya, pengolahan hasil dan mendekatkan dengan industri perlu dilakukan agar ada added value dengan keanekaragaman pangannya.

 Penulis | Salfina N. Ahmad, Jonri S. Sitompul dan Sugeng Widodo

Berita Terkait

Danrem 151 Binaiya Ajak Masyarakat Maluku Perkuat Sinergi Jaga Keamanan
Ombudsman Dorong DPRD Tanimbar Percepat Perbaikan Layanan Publik dan Sertifikasi Sekolah
Presiden Prabowo Lantik Dua Menteri Kabinet Merah Putih, Erick Thohir Menjabat Menpora
Wawasan Hukum Nusantara Desak Presiden Ganti Wamenaker Usai OTT KPK
Warga Mandiri Lapas Cipinang Hadirkan Ruang Belajar dan Berkarya bagi Warga Binaan
Batik Karya Warga Binaan Lapas Cipinang Laris di IPPAFest 2025, Menteri Agus Andrianto Ikut Borong
PORSENAP Lapas Cipinang Meriahkan HUT ke-80 RI
5PM Cafe Karya Warga Binaan Lapas Cipinang Jadi Sorotan di Rakor Kemenimipas 2025

Berita Terkait

Sabtu, 8 November 2025 - 13:44 WIB

Danrem 151 Binaiya Ajak Masyarakat Maluku Perkuat Sinergi Jaga Keamanan

Sabtu, 8 November 2025 - 13:33 WIB

Ombudsman Dorong DPRD Tanimbar Percepat Perbaikan Layanan Publik dan Sertifikasi Sekolah

Rabu, 17 September 2025 - 18:46 WIB

Presiden Prabowo Lantik Dua Menteri Kabinet Merah Putih, Erick Thohir Menjabat Menpora

Rabu, 27 Agustus 2025 - 16:52 WIB

Wawasan Hukum Nusantara Desak Presiden Ganti Wamenaker Usai OTT KPK

Selasa, 12 Agustus 2025 - 16:48 WIB

Warga Mandiri Lapas Cipinang Hadirkan Ruang Belajar dan Berkarya bagi Warga Binaan

Berita Terbaru