HARIAN MEMO KEPRI, JAKARTA – Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar memastikan Polri terus berupaya untuk menangkap Bahrun Naim, warga negara Indonesia yang teridentifikasi sebagai simpatisan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Bahrun menetap di Suriah sejak 2014. Sejumlah terduga teroris yang belakangan ditangkap diduga merupakan sel dari Bahrun Naim. “Kita tetap melakukan kerja sama internasional. Kita tahu bahwa yang bersangkutan berada di luar wilayah yurisdiksi NKRI. Tentu kerja sama internasional sedang kita lakukan,” kata Boy di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (27/2016). Boy mengatakan, jaringan Bahrun Naim bekerja dengan dua cara. Pertama, mereka mengajak orang Indonesia untuk berangkat ke Suriah dan berperang di negara tersebut. Kedua, kelompok ini juga berupaya untuk mengajak masyarakat Indonesia melakukan aksi teror di dalam negeri. Namun Boy mengakui memang tak mudah untuk bisa melakukan penangkapan terhadap Bahrun dalam waktu dekat. Menurut Boy, saat ini Polri masih menunggu waktu yang tepat dan menunggu sinyal positif dari aparat kepolisian di negara terkait. “Kan kita tahu kondisi di Suriah dan Irak tidak stabil. Dan memang tidak mudah berkoordinasi dengan pemerintah yang negaranya seperti itu,” ucap Boy.
“Tapi kerja sama internasional harus tetap dilakukan karena jaringan yang disebarluaskan oleh BN bukan hanya jaringan yang ada di sini saja, tentunya ke negara tetangga kita. Itu suatu hal yang harus kita cermati,” tambah dia. Pengamat terorisme Harits Abu Ulya mengatakan, seharusnya tak hanya sel kecil bentukan Bahrun Naim yang disapu bersih oleh aparat. Pusat kendalinya juga harus dibekuk untuk menekan kelompok teroris di Indonesia. “Kalau memang Bahrun Naim biang kerok harus ada solusi terhadap dia, tidak hanya perang cyber army. Tidak bisa,” kata Harits, saat dihubungi media, Kamis (22/2016). Harits menganggap penting keberadaan Bahrun di Indonesia untuk segera diadili. Dengan demikian, bisa terungkap langsung jaringan mana saja yang dia kendalikan. “Kalau masih ada BN, tidak ada selesainya. Semua disebut peran BN tanpa bisa terkonfirmasi benar atau tidak, cuma berdasarkan pengakuan sepihak orang yang ditangkap. Jadi belum balance,” kata Harits.
Sumber: nasional.kompas.com