Tanjungpinang – Animo masyarakat sangat tinggi ketika menyaksikan festival kuliner Nusantara yang digagas oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang di halaman laman boenda tepi laut, Sabtu ( 26/03 ) malam.

Festival kuliner Nusantara ini berlangsung selama dua hari berturut-turut mulai tanggal 26 dan 27 Maret 2022 dengan didukung dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.

Hal ini sekaligus meningkatkan kembali perekonomian di Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang khususnya, terutama kuliner khas Melayu dan kuliner Nusantara yang selama ini menurun akibat pandemic covid-19.

Dari pantauan di lapangan, tidak hanya berbagai macam jenis kuliner yang disuguhkan melainkan kesenian tradisional juga di tampilkan. Uniknya sebagai alat transaksi jual-beli di festival tersebut menggunakan uang keton yang terletak di pintu masuk festival, uang keton ini disediakan dalam pecahan mulai dari 5 keton seharga Rp5 ribu, 10 keton seharga Rp10 ribu, dan 20 keton seharga Rp20 ribu.

Salah seorang masyarakat asal Sunda Jawa Barat Lukmanul Hakim merasa bersyukur dan senang selain silaturahmi juga bisa merasakan makanan dari daerah lain.

“Sangat senang dan bersyukur, di samping bisa silaturahmi juga bisa menikmati makanan dari berbagai daerah, dan uniknya untuk membayar harus tukar uang keton.
Alat transaksi ini sama seperti yang ada di festival penyengat, bedanya kalo festival penyengat khusus untuk melayu kalo festival nusantara ini bisa dinikmati semua, kearifan lokal dan pelestarian budaya sangat terasa,” jelas Lukman sambil menjaga stand Paguyuban Pasundan.

Festival seperti ini menjadi kesan tersendiri bagi Lukman, pasalnya ia berharap bisa dilaksanakan setiap tahun sehingga budaya daerah dikenal secara luas.

“Sangat luar biasa animo masyarakatpun sangat besar buktinya dari pembukaan sampai malam ini masyarakat tak henti-hentinya berdatangan. Semoga acara seperti ini bisa diadakan rutin tiap tahun sehingga yang belum bisa ikut tahun ini bisa ikut di tahun depan,
saya sendiri aktivis di paguyuban dan tiap paguyuban tujuannya sama melestarikan budaya daerah masing-masing, supaya dikenal lebih luas apalagi di tanah rantau, sehingga acara ini bisa dibilang sebagai wadah kami,” pungkasnya.